Rabu, 24 Maret 2021
Senin, 22 Maret 2021
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional
Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Bagaimana
mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada
dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
2. Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga
muridnya.
3. Penilaian
berkelanjutan. Bagaimana
guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian
formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih
ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan
belajar yang ditetapkan.
4. Bagaimana
guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana
ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar
murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara
yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
5. Manajemen
kelas yang efektif. Bagaimana
guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya
fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin
melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
Memetakan Kebutuhan
Belajar Murid
Tomlinson
(2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction
in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek
tersebut adalah:
1.
Kesiapan
belajar (readiness) murid
2.
Minat
murid
3.
Profil
belajar murid
Sebagai guru,
kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka
miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
Pembelajaran
Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional
bertujuan untuk:
- memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
- menetapkan dan mencapai tujuan positif
- merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
- membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
- membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Pembelajaran
sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup:
Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang
Terintegrasi
dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah
topik pembelajaran, membuat diskusi
kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
Protokol:
menjadi budaya atau aturan sekolah
yang sudah menjadi kesepakatan bersama
dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau
sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.
Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi
dengan membicarakannya tanpa kekerasan,
mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll.
Lima kompetensi sosial-emosional yaitu kesadaran diri,
pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan sosial dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab.